Sejarah Haloban
Pulau Haloban atau yang biasa disebut sebagai Pulau Tuanku ini memiliki sejarah yang sangat menarik untuk dikaji. Dimulai dari siapa nenek moyang orang Haloban, dan seterusnya, dan seterusnya. Masyarakat Haloban-Asantola jika ditanya siapa nenek moyang orang Haloban sendiri, jawabannya hanya sedikit gagap. Sebab, banyak yang tidak tahu mengenai perihal tersebut. Bukan berarti semua penduduk setempat tidak tahu sama sekali, ada segelintir orang yang mengetahui asal-usul atau nenek moyang orang Haloban.
Namun, masyarakat hanya mengetahui bahwa di Haloban pernah ada sebuah kerajaan kecil yang menaungi kemaslahatan daerah tersebut. Menurut cerita, bahwa kerajaan di daerah Haloban itu merupakan pusat kerajaan dengan raja pertama adalah Sutan Malingkar Alam. Masih menurut cerita, raja tersebut dijemput dari Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat.
Seperti pada kelompok masyarakat pada umumnya, masyarakat Haloban hidup berkelompok-kelompok yang mendiami beberapa tempat di Haloban, seperti Asantola, Kampung Lamo, Silonggok, Suang dan pulau-pulau yang berada di sekitar Pulau Tuanku (Haloban). Dengan datangnya Sutan Malingkar Alam dari Pagaruyung, dia berinisiatif untuk mengumpulkan para penduduk yang terpencar di beberapa tempat di Haloban. Kemudian membuka lahan pemukiman untuk di tempati, yaitu Haloban sekarang.
Nama Haloban diambil dari pohon alaban. Masih menurut cerita, pada saat membuka lahan pemukiman atas perintah dari Raja Sutan Malingkar Alam, ada seorang yang meninggal karena terhimpit pohon alaban. Sebagai penghormatan, nama pemukiman baru yang dibuka tersebut diberi nama Alaban. Namun, seiring berkembangnya zaman, nama Alaban berganti menjadi Haloban. Namun, ada juga sebagian penduduk yang menamai Haloban itu dengan nama lain, yakni Pulau Tuanku.
Dalam masa kepemimpinan Sutan Malingkar Alam, masyarakat Haloban ketentraman dan penghidupan yang semetinya. Namun di sini, saya tidak bisa menyebut tanggal, bulan dan tahun berapa Sutan Malingkar Alam berkuasa. Sebab saya hanya mendapat penggalan demi penggalan cerita saja. Namun, dilain waktu, akan saya lengkapi lagi artikel yang sangat berfaedah ini.
Selain Sutan Malingkar Alam, ada juga pemimpin baru Haloban dengan nama Tuanku Umar. Sekali lagi, saya tidak tahu persisi tahun pergantiannya, dari Sutan Malingkar Alam ke Tuanku Umar. Tapi yang jelas, menurut cerita, Tuanku Umar mampu memberikan masa kejayaan kepulauan Haloban tersebut. Masuknya pedagang-pedagang Cina ke Haloban memberikan dampak yang signifikan dengan perekonomian masyarakat setempat. Lalu, pedagang-pedagang Cina tersebut ada yang menetap di Haloban dan mengajarkan penduduk bagaimana cara bercocok tanam. Sebelumnya, masyarakat Haloban tidak mengenal dengan bercocok tanam. Masyarakat Haloban hanya tahu dengan mata pencaharian mereka, yakni kelaut atau sebagai nelayan.
Dengan mengenal bercocok tanam, sebagian masyarakat Haloban pun hidup dari hasil perkebunan, seperti kebun karet, cengkeh dan kelapa. Bahkan orang Haloban pernah memproduksi garam sebagai produksi yang mumpuni. Bahkan, hingga sekarang, jejak sejarah adanya produksi garam di Haloban ditandai dengan adanya nama daerah Pondok Garam di Haloban. Hubungan perdagangan pun mulai terjalin dengan Cina, Singapura, Penang dan Sibolga.
*Diolah dari berbagai sumber (lisan dan tulisan)
Komentar
Posting Komentar